Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2007

Menjadi diri sendiri, atau tidak sama sekali

Oleh : Ahmad Gibson al-Bustomi Hidup adalah sebuah kepastian (faktisitas), dan menjalaninya adalah sebuah pilihan dari sejumlah kemungkinan. Tidak ada seorang pun yang lahir dan hidup menjadi dari masyarakat tertentu sebagai pilihannya, seperti halnya tidak ada yang memilihi untuk lahir sebagai suku bangsa Sunda, atau suku bangsa lainnya. Bahkan tidak ada pula yang (bisa) memilih terlahir sebagai manusia, binatang, tumbuhan atau salah satu dari benda mati yang ada di dunia ini. Faktalah yang mengatakan bahwa kita hidup sebagai manusia dari ras suku bangsa Sunda, atau yang lainnya. Sedangkan bagaimana kita menjalani kehidupan kita sebagai bagian dari suku bangsa Sunda adalah pilihan kita sendiri. Yang jelas kita tidak bisa merubah diri kita untuk tidak menjadi suku banhsa Sunda. Setiap suku bangsa, selain dicirikan oleh kondisi fisiknya, juga dicirikan oleh struktur budayanya. Dan struktur budaya terlahir sebagai respons, atau sebagai strategi [1] , terhadap persoalan-persoalan

Kepasrahan kepada Tuhan, Tidak Berarti Keterpasungan

Diambil dari : http://www.opinimasyarakat.com/ Kepasrahan kepada Tuhan, Tidak Berarti Keterpasungan Oleh : Budi Praptono Manusia pada dasarnya adalah bebas, tetapi dalam kebebasannya manusia harus memilih, bahkan tidak memilihpun, sebenarnya sudah memilih untuk tidak memilih. Apapun pilihan kita, yang tidak boleh dilupakan adalah konsekuen dan istiqomah dengan pilihan kita. Sudahkah kita konsekuen? Sudahkah kita istoqomah? Ini pertanyaan yang sering kita lupakan, alih-alih kita jalankan. Termasuk pilihan, kita pasrah atau tunduk patuh kepada Tuhan dan Tidak tunduk patuh kepada Tuhan atau diantara keduanya, adalah suatu kebebasan untuk memilih yang diberikan Tuhan kepada manusia. Kepasrahan kepada Tuhan, tidak berarti keterpasungan Jadi tidak benar, kalau bentuk kepasrahan kepada Tuhan secara penuh, adalah keterpasungan, ini merupakan pilihan yang penuh kesadaran dari manusia yang tercerahkan oleh Tuhan, yang sadar bahwa manusia hanyalah wakil Tuhan di dunia ini. Hukum seorang wak

Individualis Sekaligus Sosialis

Diambil dari : http://www.opinimasyarakat.com/ Individualis Sekaligus Sosialis Oleh : Budi Praptono Kelihatannya aneh, tidak masuk akal, atau kontradiktif. Tetapi, kalau kita renungkan, bukannya hubungan kita, tanggung jawab kita kepada Tuhan, adalah tanggung jawab individu? Kenapa Bung Karno membuat istilah “Berdikari” berdiri di atas kaki sendiri, adalah suatu semangat jiwa yang tidak dikasihani, jiwa yang tidak tergantung, jiwa yang berusaha mengatasi permasalahan dengan segala kemampuannya; tetapi bukan berarti menolak bantuan, atau kerja sama, tetapi bantuan atau kerja sama yang tidak memasung kemandirian kita, bantuan atau kerja sama yang saling menguntungkan, dengan semangat saling menghargai. Atau dengan kata lain, bantuan atau kerja sama, bukan menjadi tujuan, tetapi hanya sekedar sarana, dalam rangka untuk membuat tujuan agar lebih efektif dan efisien; dengan demikian, jangan sampai dengan adanya bantuan atau kerja sama, malah membuat tujuan menjadi melenceng atau terga

ketemu di internet

Internet.... memang sebuah fenomena abad masa kini. Bayangkan saja. Dengan internet sekarang dunia seolah "tanpa batas". Ruang dan waktu yang dulu sangat harus "berkompromi" sekarang "seolah menyatu" hampir sulit dibedakan..... Siapapun, Kapanpun, Dimanapun... asal terkoneksi dengan dunia Internet bisa saling menyapa bisa saling bertegur sapa dengan mudah, bahkan berkenalan dengan orang-orang baru, berkenalan dan bergabung dengan komunitas baru.... semua dilakukan di belakang meja. Yang sibuk bekerja di kantor mungkin terasing di tengah masyarakat real nya (masyarakat beneran...) Tetapi di dunia Maya ini.... bisa jadi dia malah seorang kepala suku sebuah komunitas .... memang dunia yang tak jelas hehehehe...... Nah Internet yang mempertemukan saya kembali dengan keluarga kampus tercinta STT Telkom dan UIN Sunan Gunung Djati. Lingkungan yang ikut memberikan warna pada diri dan kehidupan saya. Dari kiri : Kang Dhipa , Kang Gibs , saya , Kang Ahmad